Feb 8, 2007

Kiat Single Mom untuk Berkencan Lagi...


Jadi ibu tunggal kadang memang nggak mengenakkan ya. Seperti yang dialami Sisi (31 tahun), ibu dari seorang anak usia 6 tahun. Sisi bercerai dari suami karena tak tahan dengan kelakuannya yang ‘ringan tangan’ dan berpendirian ‘rumput tetangga selalu lebih hijau’ setengah tahun lalu.

Sisi sempat hilang arah saat pengadilan mengetuk palu meluluskan keinginannya untuk pisah dari suami yang dinikahinya selama 7 tahun. Bobot badannya sempat melar, karena saat stres Sisi cenderung ‘lari’ kepada makanan: Ngemil sebanyak-banyaknya.

Setelah setengah tahun berlalu, Sisi bisa menata hati kembali. Badannya lebih langsing dan wajah jauh lebih segar. Kini dia dekat dengan Reza, pria yang lebih tua dua tahun darinya. Tapi status janda dengan anak membuatnya enggan melangkah lebih jauh. “Saya takut anak saya tak bisa menerima kehadiran Reza dan malah menganggapnya sebagai saingan,” ujar Sisi.

Kalau Sisi terkesan 'takut-takut', ada juga ibu bercerai yang malah gagal mendapatkan pasangan karena salah langkah, atau terburu-buru.

Sebelum kita bahas lebih jauh, mari kita cermati fakta berikut:
- Sekitar 75% wanita bercerai yang memiliki anak berusia 25-44 tahun
- Semakin banyak jumlah anak yang dimilikinya, maka kian enggan juga si ibu untuk menikah kembali.
- Sekitar 75% pernikahan kembali terjadi dimulai dengan kehidupan bersama sebagai suami istri.

Agar Anda tak termasuk golongan yang gagal dalam membina hubungan baru setelah kegagalan pernikahan pertama, ada beberapa poin yang harus diperhatikan:
1. Ikuti aturan ‘hanya saat dibutuhkan’. Salah satu kesalahan yang paling umum terjadi adalah para ibu tunggal ini terlalu cepat mengintegrasikan cinta dan keluarga, yakni anak. Pastikan Anda mengenalkan si dia kepada anak Anda saat Anda yakin dia adalah pria yang tepat. Anak yang mulai dekat dengan pasangan Anda mungkin merasa ditinggalkan saat dan jika hubungan itu berakhir. Dengan pengalaman si anak menyaksikan perceraian ayah-ibunya, rasa kehilangan ini kian menyulitkan saja.
2. Jangan bicara terlalu awal. Usahakan sesedikit mungkin berbagi kisah asmara dengan anak. Pasangan sebaiknya dikenalkan dulu sebagai teman. Dengan demikian Anda bisa menyiapkan ‘mental’ si anak jika dia marah atau cemburu, yang bisa menuntunnya menjadi pemberontak
3. Bersikap dengan benar. Cari waktu yang tepat untuk mengenalkan pasangan Anda kepada anak. Soalnya, anak kecil kadang tak mengerti arti berkencan, demikian menurut Sheila Ellison, penulis The Courage to Love Again (Harper, 2002). Andalah yang paling tahu kapan harus mengenalkan s dia sebagai calon ayah baru bagi anak Anda. Pada anak yang masih kecil mungkin ada kerancuan apakah si ayah baru akan mengambil sang mama darinya, sementara pada anak yang lebih besar dia akan lebih memahami bahwa sang mama butuh pendamping dan teman untuk berbagi di luar keluarga atau dirinya.


sumber:
http://www.hanyawanita.com/_relationship/him_us/article.php?article_id=2853

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails