Aug 9, 2007

Ketika Perceraian Terjadi ...

Putusnya suatu hubungan pernikahan tidak berarti berakhirnya hubungan antara Anda dan mantan, tetapi justru merupakan awal dari suatu hubungan yang baru dan bahkan sering merupakan proses yang menyakitkan atas pemulihan suatu hubungan.

Bersama-sama mantan, Anda harus mengurus perceraian, mengikuti konsultasi, dan hubungan yang tadinya merupakan hubungan suami-istri berubah menjadi pertemanan serta partner yang sama-sama mempunyai kepentingan dan tanggung jawab terhadap anak-anak.

Jelas, semua ini proses ini membutuhkan waktu. Umumnya, ada 4 tahapan yang akan Anda hadapi, yang bisa berlangsung secara terpisah ataupun bersamaan.

1. Tahap Berkabung

Pada masa ini salah satu atau kedua duanya merasakan sakitnya perceraian yang terjadi dengan tingkatan yang bervariasi. Ada perasaaan kehilangan, sedih, yang diikuti dengan perasaan sakit hati, marah, atau rasa bersalah. Bisa juga muncul hasrat yang kuat untuk melemparkan kesalahan, perasaan "seri", atau menghukum pasangannya.

Perasaan-perasaan ini wajar saja walaupun dapat membuat takut dan marah pada orang yang menjadi sasaran. Tahapan ini tidak dapat lewat begitu saja. Biarkan diri Anda mengungkapkan semua perasaan pada saat konseling dengan penasihat perkawinan atau psikolog. Bila Anda yang menjadi sasaran dari perasaan-perasaan ini, bantu dengan cara menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak Anda dan menolong mereka mengatasi permasalahannya. Sangat penting untuk meyakinkan anak-anak bahwa perasaan-perasaan yang disebutkan di atas bukan ditujukan kepada mereka dan tidak mempengaruhi hubungan mereka dengan kedua orang tuanya.

2. Tahap Ketergantungan

Pada tahapan ini, emosi yang tadinya begitu kuat, meledak-ledak, dapat mereda. Di sisi lain, kebutuhan akan berbagai macam jenis dukungan seperti keuangan, emosional, bantuan akan masalah sehari-hari, dapat tetap berlangsung. Kebiasaan ketergantungan jangka panjang pada masing-masing pasangan untuk meminta bantuan dan sebagai sahabat dapat berlangsung tanpa batasan waktu. Ketergantungan ini dapat bersifat positif dan sehat bila tidak ada masalah dalam proses pengembangan pribadi atau beban pada masing-masing pihak. Bila hal ini berlangsung, pihak yang merasa dibebani harus dapat lebih tegas mengungkapkan kebutuhannya sendiri. Pihak yang merasa sangat bergantung sebaiknya mencari cara lain untuk mendapatkan dukungan melalui konseling.

3. Tahap membentuk Identitas Baru

Setiap pasangan dalam suatu perkawinan mendasari sebagian identitasnya pada hubungan perkawinan untuk kurun waktu tertentu. Pada saat perkawinan berakhir, diperlukan waktu untuk membentuk kembali suatu identitas baru sebagai single parent. Penemuan kembali jati diri sering merupakan proses yang menyakitkan. Hal ini melibatkan berbagai masalah baru seperti tinggal di rumah baru, mengembangkan minat dan kegiatan baru, serta menjalin persahabatan dengan teman-teman baru. Selama masa ini, yang terbaik adalah menjalin persahabatan dengan teman lama dan keluarga yang dapat dipercaya untuk mendapatkan dukungan moral.

4. Tahapan Akhir

Disebut pula tahapan integrasi. Hal ini merupakan hasil akhir yang diinginkan dari proses menata kembali segalanya dari awal. Setiap pihak merasa nyaman dengan terbentuknya kembali identitas baru sebagai single parent. (Bila ada hubungan baru yang terjalin, maka pihak yang bersangkutan merasa bebas untuk menyatakannya tanpa rasa bersalah ataupun marah). Akan muncul rasa kemampuan yang baru dalam mengatasi masalah keseharian dan masalah kesejahteraan pribadi. Setiap orang selalu melihat dirinya sebagai individu yang bisa bertahan dengan segala kelebihan dan kekurangannya serta merasa lebih diterima oleh mantannya. Persahabatan dapat berkembang dengan didasari oleh pengertian yang realistis, saling menghargai masing-masing pihak sebagai individu, dan pada minat serta tanggung jawab yang umum, terutama sebagai mitra untuk anak-anak.

YANG PENTING DIINGAT

* Konsultasi dengan ahlinya dapat membantu Anda mempercepat proses menata ulang kmbali kehidupan. Caranya, ya, dengan menyadari dan menerima perasaan-perasaan Anda dan dengan tetap menjaga komunikasi yang terbuka dengan mantan, anak-anak, sahabat, dan keluarga yang dapat dipercaya.
* Perceraian yang sehat dan positif merupakan suatu usaha timbal balik yang aktif. Masing-masing pihak harus mempunyai pandangan yang sama atas kesimpulan perceraian serta pengalaman perkawinan. Diperlukan penyelesaian rasa emosional dan spiritual. Yang terbaik adalah melepaskan segala perasaan marah, menyalahkan, bersalah, ataupun kegagalan. Tujuannya adalah untuk menciptakan peningkatan pengertian diri sendiri, kemampuan untuk membentuk suatu hubungan yang sehat dan rasa percaya diri. (Tabloid Nova)
(sumber :http://www.kompas.com/kesehatan/news/0601/13/141136.htm)

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails