Jan 15, 2007

Ketika harus memilih

ini tulisannya ferona yang diposting di milis orangtuatungal_indonesia, fer makasih yaah udh boleh dikutip tulisannya



Aku tak pernah ragu memilih. Aku percaya, hidup memang semata urusan
memilih. Dan aku percaya istimewanya manusia adalah karena ia diberi
kesempatan untuk memilih. Walaupun di satu sisi, aku percaya juga bahwa
pilihan manusia juga adalah pilihan yang dipilihkan oleh Tuhan. Tak jadi
soal.

Dan aku bersedih. Ketika temanku merasa sulit untuk memilih, padahal ia
masih bisa memilih. Dan lebih sedih lagi ketika ia beralasan pada anak.

Jujur, dulu pun aku merasa anak merupakan pilihan yang berat. Aku
mengingat malam-malam letihku ketika airmataku meleleh melihat sepasang
gelandangan bermain dengan anak-anak mereka yang kecil di tepi jalan yang
telah sepi. Anak-anak itu, dalam segala kekurangannya, tertawa bersama
ayah bundanya. Airmataku tak kuasa kutahan. Perasaanku terhimpit, merasa
aku akan menjadi penyebab anakku kehilangan kebahagiaan memiliki ayah yang
menyayanginya.

Jujur, aku merasa aku akan menjadi penyebab hilangnya kebahagiaan anakku.
Aku merasa terjepit. Tertekan, hingga berbulan-bulan tiada berani aku
mengambil keputusan. Berbulan-bulan setiap malam, sebelum tidur aku
mencium kaki anakku, berbisik pelan di telinganya, "Maafkan Bunda,
sayang..."

Setiap hari, aku memandangi wajah anakku. Senyumnya yang sangat ceria,
tawanya yang tergelak-gelak, ciumannya yang lembut pada pipiku setiap aku
berkesempatan mengajaknya bermain. Sungguh, bahagia tak terbatas makna.

Keyakinanku muncul. Hidup tak pernah sempurna. Aku menjamin anakku akan
bahagia!

Bahagia tak selalu harus mengikuti apa yang menjadi keyakinan orang lain.
Bahagia tak selalu harus sesuai dengan apa yang terlihat oleh orang lain.

Aku ibu anakku. Anak yang 9 bulan lamanya aku kandung dalam rahimku. Anak
yang pernah berada sangat dekat dengan jantungku. Mata beningnya menatapku
sedih ketika melihatku menangis. Aku merasakan suara kanak-kanaknya yang
lembut meyakinkanku bahwa aku mampu membahagiakannya.

Hidup memang tak pernah sempurna.

Impianku tak banyak. Aku hanya tak ingin menghapus senyum itu dari bibir
anakku.

Aku yakin anakku akan memahami pilihan ibunya.

1 comment:

Yayi Dewi said...

Hiiiks... u reminded me about my story. Memang betul qt disuguhkan hanya dg 2 pilihan, mana arah yg hrs ditempuh, ketika proses memilih itulah yg membuat membuat perasaan dan hati semakin teriris, sbg manusia yang diberi kekuatan dg porsi yg sama sebenarnya namun menjadi tdk sama krn terkadang dibungkus dengan kalimat2 yg dipenuhi dg ketakutan. Pilihlah sesuai kata hati,pikiran jernih dan berani bersikap ini prinsip yg tepat krn kau tdk akan merasa dirimu bersalah ketika pilihan itu telah ada digenggaman. Just sharring..

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails