Idealnya, seorang anak dibesarkan dalam keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu. Tetapi kadangkala keadaan "memaksa" seorang ibu membesarkan anak seorang diri. Meski si ibu sudah merawat dan memperhatikan si anak, tapi tetap saja ada dampak psikologis yang akan dialami oleh anak yang dibesarkan tanpa figur ayah, apa saja kah itu ?
Menurut Lifina Dewi, M.PSi, psikolog dari Universitas Indonesia, dampak psikologis yang dihadapi anak dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain kepribadian dan gender si anak, serta bagaimana penghayatan si ibu terhadap peran yang dijalaninya.
"Pada anak-anak yang memiliki sifat tegar atau cuek mungkin dampaknya tidak terlalu terlihat, tapi untuk anak yang sensitif pasti akan terjadi perubahan perilaku, misalnya jadi pemurung atau suka menangis diam-diam, hal ini biasanya terjadi pada anak yang orangtuanya bercerai," ujarnya.
Seorang anak laki-laki membutuhkan figur ayah untuk mempelajari hal-hal yang tidak dia dapatkan dari ibunya, begitu pun dengan anak perempuan, ada sesuatu yang dia butuhkan dari kehadiran figur ayah, misalnya bagaimana relasi interpersonal pria dan wanita.
"Setelah remaja atau dewasa, anak-anak ini mungkin saja tumbuh menjadi anak yang permisif, tertutup, pemalu atau justru agresif sekali pada lawan jenis," jelas Lifina. Untuk itu ia menyarankan agar si ibu memperkenalkan dan membiarkan si anak meluangkan waktu bersama pria yang riil, seperti kakek, paman atau teman-teman ibunya sehingga si anak tidak sepenuhnya kehilangan figur ayah.
Penghayatan si ibu
Kesiapan si ibu dalam menjalani perannya sebagai orangtua tunggal juga akan mempengaruhi bagaimana dia bersikap terhadap anaknya. Para ibu yang tidak siap dengan keadaan dan merasa terpaksa menjalaninya akan cenderung menyalahkan kehadiran si anak.
Belum lagi jika si ibu memiliki sifat pencemas dan mudah panik, hal ini tentu saja berpengaruh pada si anak, terlebih anak- anak masih memiliki keterbatasan kemampuan dalam berkomunikasi dan mengekspresikan perasaannya. Di sinilah diperlukan komunikasi terbuka dan kepekaan dari si ibu untuk menggali perasaan si anak dan mencari tahu apa kebutuhan anaknya.
Menjadi orangtua tunggal berarti harus siap menjadi tulang punggung keluarga, tak jarang karena ingin memenuhi kebutuhan finansial, seorang ibu bekerja terlalu keras sehingga tidak punya waktu lagi untuk anak-anaknya.
Jika si anak terlalu akrab dengan pengasuhnya dan menolak Anda peluk atau gendong, mungkin sudah saatnya Anda mengevaluasi kembali prioritas waktu yang Anda jalani selama ini. Memang diperlukan energi dan pengorbanan yang tidak sedikit untuk memastikan karir, kehidupan pribadi sekaligus kedekatan dengan anak tetap lancar. Tetapi bukankah anak adalah segalanya bagi seorang ibu ?
Tak perlu berbohong
Perlahan tapi pasti, Anda akan sampai pada satu titik di mana si anak akan mempertanyakan di mana ayahnya. Bagi ibu yang bercerai atau menjanda karena suaminya meninggal, tentu tidak akan terlalu sulit menjelaskan. Tetapi si ibu yang memang memilih tidak menikah tentu menghadapi dilema ketika harus menjelaskan pada si anak siapa ayah mereka sesungguhnya.
"Untuk menjawab pertanyaan si anak tentang asal-usulnya, sebaiknya si ibu menyesuaikan dengan usia si anak untuk mencerna," ungkap Lifina. Jika si anak masih balita, carilah media yang ia mengerti untuk masuk ke topik, misalnya saat menonton film animasi katakan, "Barnie dan Spongebob juga tidak punya ayah. Kamu tidak punya ayah, tapi punya mama, kakek, nenek serta om dan tante yang sayang sekali sama kamu."
Tak sedikit para single mom yang memilih melakukan white lie kepada anaknya dengan dalih akan menjelaskan secara jujur jika kelak si anak sudah dewasa. Namun, Lifina menyarankan agar si ibu berkata terus terang kepada anak. Akan lebih baik jika si anak mendengar langsung dari ibunya daripada mendengar bisik-bisik di lingkungannya.
Pihak sekolah juga bisa membantu memberi pemahaman kepada anak-anak bahwa yang dimaksud dengan keluarga tidak selalu terdiri dari ayah dan ibu. Lebih baik lagi jika anak bersekolah di sekolah yang heterogen sehingga ia makin terbiasa dengan perbedaan.
Seorang anak yang hanya dibesarkan oleh seorang ibu tetapi sang ibu secara konsisten merawat si anak dengan penuh kasih sayang dan tidak menelantarkannya kondisinya jauh lebih baik dibandingkan seorang anak yang besar dalam keluarga yang lengkap tetapi orangtuanya bertengkar setiap hari.
Penulis: Anna
Sumber : www.kompas.com
4 comments:
Saya juga anak "semi broken home", ayah ibu tidak bercerai tapi ayah sama sekali tidak berperan dalam keluarga, dan dampak psikologis ke saya terasa malah saat saya berusia 20 tahun.. Saya merindukan seorang ayah, saya tidak bisa mencari pekerjaan, kurang bersemangat dalam mengerjakan skripsi, padahal kuliah di UI dan memiliki IQ yg cukup tinggi.. Tapi entah mengapa semangat dalam diri saya hilang tak sersisa untuk hidup.. Rasanya seperti ingin bersama ayah yg lain dan mengulang semuanya yg terlewatkan.. atau mungkin ini akan membekas sampai saya mati. Saran saya, bagi orangtua yg bercerai, terlepas dari siapapun yg bersalah.. Anak perempuan harus diasuh oleh ibu, dan anak lelaki harus di asuh oleh ayah.. Pilihan anak harus bersandar pada kesamaan jenis kelamin, jika tidak demikian, nasibnya akan sama seperti saya.. Saya tidak butuh ibu, saya butuh ayah..
TERIMAKASIH ARTIKELNYA...KUATLAH...KARENA ALLAH SENANTIASA MEMBIMBING KITA SEMUA...
kuatlah...
tengs artikelnya...
saya juga seorang single mom..bahkan sejak bayi adek saya titipkan sama ibu dan bapak karena saya ahrus bekerja di luar pulau .. dia ada sosok ayah dan bunda di sana dimana ibu syaa termasuk aktif dan masih brusia 48 tahun .pertama saya berat meninggalkan dia namun saya mengunjungi dia rutin setiap 3 bulan sekali dan sekrng usinya dua tahun. namun saya berikan pengarahan dan saya terus pantau perkembangannya setiap hari .yang saya lihat sekrng adek punya percaya diri yg tinggi,pemberani ,mudah bergaul sm orang2 baru dan anak2 yg baru dikenalnya, cerdas ,dan disisi lain dia sangat sensitif jika melihat hal yang menyedihkan dia akan meneteskan air mata . tidak bisa dipungkiri kakek neneknya sangat sayang namun sy tahu ibu tidak pernah menuruti setiap kemauan dia berbeda dgn kakeknya.disini kesulitan saya setiap kena marah dr ibu dia akan mencari suaka ke pihak kakeknya begitu pula sebaliknya .resiko terbesar saya sekranag dia kurang begitu dekat sama saya namun setiap hari di ajarkan terus menerus ..siapa mama adek,mama kmana, cari apa, besok kalau gede harus sayang sm mama , dsb ...dan dia selalu menjawab dgn tepat dan rutin kepada siapapun yg bertanya ..nama saya sering disebut di rumah bahkan hampir setiap hari...jadi didalam kehidupan dia sosok seorang ayah ibu itu lengkap namun dia hanya tahu ada tambahan satu sosok yang namanya mama yg menyebabkan dia terlahir didunia dan mama yang memenuhi apa yg dia perlukan ..jadi jd single mom memang penuh resiko namun jika anak selalu di ajak bicara dan dibesarkan di lingkungan yg penuh kasih dan sayang dia akan menjadi anak yang mnyayangi lingkungan dan orang2 sekitarnya...salam ..
Post a Comment